Stratifikasi Sosial
A. Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial dalam hal ini berasal dari bahasa latin, yaitu stratum yang memiliki arti
tingkatan dan socius yang berarti teman atau masyarakat. Jadi dalam hal ini secara umum
dapat kita katakan bahwa pengertian stratifikasi sosial merupakan tingkatan sosial yang ada
dalam masyarakat. Stratifikasi sosial “sosial stratifikasion” ialah perbedaan penduduk atau
masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat “hierarkis”. Dengan kata lain, perbedaan
kedudukan akan menimbulkan stratifikasi sosial atau pelapisan sosial. Yang dalam
perwujudan dari adanya stratifikasi sosial atau pelapisan sosial ialah adanya perbedaan
golongan tingkat kedudukan atau kelas (Narwoko, 2006 : 170).
Beberapa pengertian stratifikasi sosial menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Pitirim A. Sorokin (1959)
Pitirim mengatakan Stratifikasi social merupakan suatu ciri khas yang tetap pada setiap
kelompok social yang berjalan teratur. Ia juga mengatakan bahwa stratifikasi social
merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas dengan skala
bertingkat.
2. Menurut Bruce J. Cohen
Mengatakan bahwa Stratifikasi sosial ialah sistem yang menempatkan seseorang sesuai
dengan kualitas yang dimiliki dan menempatkan mereka pada kelas sosial yang sesuai.
3. Menurut Astrid S. Susanto
Menurutnya Stratifikasi sosial ialah hasil kebiasaan hubungan antar manusia secara teratur
dan tersusun sehingga setiap orang setiap saat mempunyai situasi yang menentukan
hubungannya dengan orang secara vertikal maupun horizontal dalam masyarakat.
B. Pelapisan Sosial
Pelapisan sosial dalam kehidupan sehari-hari memiliki sejumlah ukuran yang
dipergunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial, ukuran tersebut yaitu:
1. Kekayaan, pada umumnya orang kaya memperoleh pelapisan sosial atas ditengah-tengah
masyarakat.
2. Kehormatan, pada masyarakat tradisional, faktor kehormatan menjadi tolak ukur
pelapisan sosial, di mana umumnya orang yang pernah berjasa, termasuk orang yang
disegani menduduki pelapisan sosial atas dalam masyarakat.
3. Kepandaian, di mana orang yang pandai atau ilmuwan ditempatkan sebagai masyarakat
kelompok atas.
4. Kekuasaan, pada umumnya penguasa atau seseorang yang memiliki jabatan tertentu
dengan kewenangan yang lebih banyak atau tinggi, di tengah masyarakat akan menduduki
pelapisan sosial atas.
Proses terjadinya pelapisan sosial yaitu secara disengaja dan tidak disengaja. Berikut
penjelasannya :
1. Secara Tidak Disengaja
Pelapisan sosial disini adalah pelapisan sosial yang terbentuk dengan sendirinya, yaitu
sesuai dengan kondisi anggota masyarakat karena aktif dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Orang-orang seperti itu akan menempati pelapisan sosial teratas. Sebaliknya,
bagi anggota masyarakat yang malas dan nasibnya kurang menguntungkan, mereka
biasanya akan menempati pelapisan sosial bawah. pelapisan sosial di masyarakat dapat
terjadi disebabkan adanya kelas, status sosial, dan kekuasaan.
Pelapisan sosial yang terbentuk dengan sendirinya ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
Pelapisan sosial yang terbentuk sejalan dengan perkembangan masyarakat yang
bersangkutan. Perkembangan itu meliputi kehidupan ekonomi, sosial, dan politik.
Pelapisan sosial terjadi sesuai dengan kondisi sosial budaya di wilayah yang
bersangkutan. Realitasnya adalah dengan adanya diferensiasi atau perbedaan sosial di
masyarakat.
Kedudukan seseorang yang dimiliki individu tertentu di dalam masyarakat. Misalnya
turunan pembuka desa (wong baku) dalam masyarakat jawa otomatis mendapat tempat
terhormat daripada turunan pendatang (kuli gondok atau lindung).
2. Secara Disengaja
Pelapisan sosial semacam ini menunjukan pada diferensiasi sosial yang dibentuk oleh
suatu kelompok sosial atau masyarakat dalam rangka mengejar tujuan tertentu. Bahwa
masyarakat yang unik yang nantinya akan berdampak pada teratur atau tidaknya pola
perilaku dan interaksi sosial di masyarakat. Jika kondisi tersebut dibiarkan begitu saja maka
kehidupan sosial masyarakatnya pun akan terganggu. Oleh karena itu, harus diadaknnya
upaya dalam mengatur tindakan dan interaksi sosial guna mendapatkan wujud dalam
pembentukan lapisan sosial di masyarakat itu sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari
pelapisan sosial yang terbentuk secara disengaja berlaku dalam badan-badan resmi
(organisasi formal) seperti pemerintahan, militer, pendidikan, perusahaan, dan koperasi.
C. Status Sosial
Sementara itu, Ralph Linton mengatakan bahwa dalam kehidupan masyarakat kita
mengenal tiga macam status, yaitu ascribed status, achieved status, dan assigned status.
1. Ascribed Status
Ascribed status merupakan Status sosial diperoleh karena warisan, keturunan, atau
kelahiran. Contohnya seorang anak yang lahir dari keturunan bangsawan atau raja, tanpa
harus berusaha, dengan sendirinya ia sudah memiliki status sebagai bangsawan atau raja.
2. Achieved Status
Status ini bukan diperoleh berdasar keturunan, akan tetapi tergantung pada kemampuan
masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Misalnya seseorang
dapat menjadi hakim setelah menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum dan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang memerlukan usaha-usaha tertentu.
3. Assigned Status
Assigned status adalah status yang dimiliki seseorang karena jasa-jasanya terhadap pihak
lain. Karena jasanya tersebut, orang diberi status khusus oleh orang atau kelompok tersebut.
Misalnya gelar-gelar seperti pahlawan revolusi, peraih kalpataru atau adipura, dan lainnya.
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul “Social Stratification” mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
jadi kesimpulannya stratifikasi sosial yaitu pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakatsecara vertikal (bertingkat).
dasar pembentukkan pelapisan sosial dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
- Kekayaan : (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya dalam berbagi kepada sesama.
- Ukuran dan Wewenang : Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
- Ukuran Kehormatan : Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
- Ukuran Ilmu Pengetahuan : Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.
KESIMPULAN
Stratifikasi sosial adalah adanya lapisan-lapisan, penggolongan-penggolongan, pengelompokkan-pengelompokkan dalam masyarakat, karena adanya perbedaan kriteria/ukuran tertentuyang menjadi dasar terjadinya stratifikasi sosial. Terjadinya stratifikasi sosial itu lebih banyak tidak sengaja dibentuk oleh individu-individu yang bersangkutan, akan tetapi timbul dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu, namun kendatinya ada juga yang sengaja dibentuk. Hingga saat ini ukuran determinasi untuk mengukur posisi atau kedudukan seseorang dalam struktur sosial belum memiliki patokan yang pasti.


Komentar
Posting Komentar